Saat menyusun bujet traveling, saya merasa bujet penginapan menjadi concern terbesar selain bujet transport. Apalagi di negara-negara maju nan mahal macam Jepang.
Harga menginap di hostel aja bisa Rp250 ribu – Rp500 ribu per malam. Sedangkan di Bangkok udah bisa menginap di hotel bintang tiga dengan dengan harga yang sama.
Tapi asyiknya, meskipun mahal, penginapan di Jepang itu unik-unik. Favorit saya adalah tipe rumah tradisional bertatami (tikar jerami) atau yang punya ofuro (bak mandi khas Jepang).
Dalam memilih penginapan di Jepang, selain mempertimbangkan harga, saya juga mempertimbangkan lokasi. Kalau bisa dekat subway lebih bagus. Meskipun akhirnya faktor jarak ke stasiun jadi poin nomor dua ketika saya terlanjur jatuh cinta dengan keunikan arsitektur.
Saya jarang memilih yang dekat stasiun JR karena selama ini memang nggak pernah beli JR pass dari Indonesia. Alasannya: mahal cin! Berdasarkan pengalaman saya, kombinasi tiket terusan subway, tram, atau bis, ditambah beli tiket Shinkansen jarak dekat jatuhnya lebih murah daripada beli JR pass.
Kalau untuk urusan kebersihan, percaya deh meski skala hostel tapi sangat bersih. Orang Jepang memang terkenal sangat bersih dan rapi.
Oke langsung aja, intip penginapan-penginapan yang pernah saya inapi selama dua kali ke Jepang.
TOKYO
Khaosan Tokyo Original
Harga waktu saya menginap: ¥2.200/malam di female dorm isi 8 orang
Rating Agoda: 7,9
Rating Booking.com: 7,9
Lokasi: Asakusa
Stasiun terdekat: Toei Asakusa Line
Bisa dibilang, ini harga termurah selama saya cari-cari hostel seantereo Tokyo. Khaosan Tokyo Original adalah hostel pertama yang di bangun oleh grup Khaosan. Grup Khaosan punya hostel yang jaringannya tersebar di Osaka, Kyoto, sampai Hokkaido.
Meski harganya murah, saya dapat kasur spring bed dengan seperai putih, selimut tebal, air panas, dan teman-teman yang asyik. Staffnya juga ramah dan sangat helpful. Kaoru, salah satu staff, mencarikan paket sim card saya yang nyasar ke hostel lain. Mereka juga ngasih bingkisan kecil untuk setiap tamu yang check out.
Selain harga, keuggulan lainnya adalah lokasi yang tinggal tiga menit ngesot dari stasiun Asakusa. Mau ke Kaminarimon tinggal ngesot lima menit.


Yang harus dicatat, hostel ini cukup sempit, khas rumah di kota-kota besar Jepang. You pay what you get :). Kamar mandinya pun nggak dibagi cewek-cowok, tapi satu lantai ada satu ada dua kamar mandi yang bisa digunakan oleh cewek maupun cowok.
Yang paling saya suka dari Khosan Tokyo Original adalah area rooftoopnya! Sumpah ya, pemandangan Tokyo dari sini indaaaah banget! Kalau kamu pernah nonton drama Jepang yang judulnya Koinaka, kamu dapat pemandangan yang nyaris sama dengan yang terlihat dari balkon apartemen Miura Aoi.


Plus: Murah, nyaman, bersih, strategis, kasur spring bed, setiap kasur ada gordennya, staff ramah.
Minus: Nggak ada.
KYOTO
Trip Sound
Harga waktu saya menginap: ¥1.500/malam di female dorm isi 6 orang
Rating Agoda: 7,2
Rating Booking.com: 7,1
Lokasi: Kiyomizudera
Stasiun terdekat: Nggak ada, tapi dekat dengan halte bus Kiyomizudera temple.
Lagi-lagi murah jadi pertimbangan. Saya booking hostel ini last minute alias semalam sebelum menginap gara-gara host Couchsurfing saya membatalkan janji. Kesepakatannya saya bisa tinggal di tempatnya tiga hari, tiba-tiba dia bilang cuma satu hari. Lah. Setelah diusut, ternyata dia nerima tamu lain di tanggal yang sama dengan saya. Pffftthhh -__-
Jadilah tanpa pikir panjang, saya booking hostel termurah yang masih kosong. Lokasinya sebenarnya strategis karena selama di Kyoto saya beli bus pass. Kalau mau naik subway cukup jalan satu kilometer ke stasiun terdekat (bagi orang Jepang 1 km itu 5 menit jalan kaki). Di iklan Booking.com sih cuma lima menit jalan kaki ke kuil Kiyomizudera. Tapi bagi saya yang orang Indonesia perlu 15 menit, dan jadi 30 menit kalau cuci mata liat toko-toko sepanjang jalan.
Kamarnya lebih sempiiit dari Khaosan Tokyo dan dingin banget di musim gugur. Saya sampai minta pemanas tambahan Selimutnya pun kurang tebal, hiks. Saran saya jangan bawa koper besar kalau mau menginap di sini.
Anehnya, staffnya adalah orang bule dan kurang bisa diajak haha-hihi. Tapi satu hal yang suka dari hostel ini adalah kamar mandinya dengan ofuro. Meski murah, tapi bisa berendam ala orang Jepang. Hmmm enaknya…



Plus: Ada ofuro dan harganya murah. Tapi saya cek harganya di tahun 2017 jadi naik ¥2.000-2.500.
Minus: Kamar sempit banget dan dingin pas musim gugur, kasur bukan spring bed dan nggak ada gordennya, staff kurang ramah, lokasi jauh dari Subway.
Centurion Cabin & Spa Kyoto – Artificial Radium Hot Spring
Harga waktu saya menginap: Rp200.000 di female dorm, dapat diskon dari Agoda
Rating Agoda: 8,9
Rating Booking.com: 8,9
Lokasi: Shijo
Stasiun terdekat: Karasuma
Yes, panjang bener ya namanya. Sesuai namanya, bentuk penginapan ini adalah kabin alias kapsul. Kemudian spa atau hot spring sih sebenarnya dia punya pemandian umum gitu di basement, which is the reason why I choose to stay here.
Sejak ke Jepang tahun 2015 lalu, saya memang ketagihan berendam di pemandian umum. Makanya ketika bisa ke Jepang lagi tahun 2017, saya mencari penginapan yang ada pemandian umumnya atau sento dalam bahasa Jepang.
Kabinnya mewah banget deh. Ada TV, meja lipat, cermin, dan headphone. Orang introvert (kaya saya) pasti betah banget deh di sini. Sisir, sampo, sabun, milk cleanser, cleansing oil, semuanya gratististis. Kamarnya juga besar dan dibagi jadi beberapa sektor. Unik banget pokoknya.



Saya pengen banget lama-lama di sini seandainya staff di bagian resepsionis bisa lebih ramah. Judesnya itu loooh, kayak nggak pernah diajarin senyum. Dari semua hostel yang saya inapi, staff di sini yang paling judes.
Satu lagi, hostel ini nggak menyediakan air minum gratis. Memang sih air keran di Jepang bisa diminum. Tapi untuk pakai pemanas airnya, tamu diharuskan membayar kalau nggak salah ¥1.000 (alias setengah harga menginap). Lah gimana dong kalau mau rebus popmie? Masalahnya air keran kan nggak panas-panas amat.

Plus: Ada sento, interior unik dan modern, ada TV dan headphone, kasur spring bed, skin care gratis.
Minus: Staff judes. Boro-boro disediakan teh dan gula, air minum aja harus bayar.
Hostel HARUYA Aqua
Harga waktu saya menginap: ¥8.000/malam di kamar quadruple isi 4 orang. Untuk kamar single harganya ¥5.600/malam. Tersedia juga dorm tapi hanya khusus cewek dengan harga ¥2.000/malam.
Rating Agoda: 8,1
Rating Booking.com: 8,5
Lokasi: Kyoto Aquarium
Stasiun terdekat: Nggak ada, tapi dekat dengan halte bus
Ini adalah penginapan ketiga saya di Kyoto. Setelah ngerasain yang modern-modern kok rasanya ingin menginap di rumah tradisional Jepang asli. Ketika saya lihat hostel ini di Agoda, saya langsung jatuh cinta!
Bangunannya terbuat dari kayu dan sudah berusia lebih dari 100 tahun. Haruya Aqua adalah rumah pribadi bergaya tradisional yang disulap jadi hostel. Lokasinya memang nggak dekat dengan subway, tapi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ini nggak jadi masalah karena saya pegang bus pass.

Saya memesan kamar Japanese Quadruple Room yang muat untuk empat orang. Ruangannya bertatami (tikar jerami khas Jepang) dan saya tidur di atas futon (kasur lipat). Kamar saya langsung menghadap taman bergaya Jepang. Kalau di foto sih bagus, tapi pas di buka pintunya, alamak! angin musim dingin langsung bikin badan saya mengkerut.

Menginap di sini berasa balik ke zaman Oshin. Tahu film Oshin kan? Film berlatar Jepang zaman Meiji yang menceritakan perjuangan seorang gadis miskin.
Yang saya suka dari hostel ini selain arsitekturnya adalah staffnya yang super ramah. Mereka sangat helpful, mengangkat koper saya dan ibu saya yang berat tanpa diminta, dan menjelaskan tentang hostel panjang lebar sampai saya bilang, “Stop stop mas, saya udah capek pengen tidur.” Kalau kata kakak saya, salah satu staff cowok yang menyambut kami mirip aktor Korea.

Di common room-nya ada kotatsu untuk menghangatkan diri. Tahu kan kotatsu? Meja yang dilapisi selimut dan di bawahnya ada penghangat untuk musim dingin. Gogoleran di kotatsu sungguh nikmat!

Plus: Staff 10/10, bangunan otentik dan tradisional, ada ofuro, teh dan gula gratis. Pilihan murah meriah untuk ngerasain tinggal di penginapan ala ryokan.
Minus: Lokasi sebenarnya dekat dengan stasiun Kyoto, tapi agak kurang strategis kalau nggak punya bus pass. Toilet terletak di luar bangunan sehingga dingin banget di musim dingin.
(Baca juga: Pengalaman Menyewa Kimono di Yumeyakata Kyoto Jepang)
OSAKA
Gomaharu Guest House
Harga waktu saya menginap: ¥2.800/malam di female dorm
Rating Booking.com: 8,0
Lokasi: Kita-Ku
Stasiun terdekat: Tenjimbashisuji Rokuchome
Another Japanase traditional house! Saya booking ini last minute karena nggak ada host Couchsurfing yang nyaut. Walaupun harganya agak mahal untuk solo traveler pas-pasan kaya saya, tapi saya nggak kecewa.
Waktu saya menginap Desember 2015, hostel ini masih baru. Tadinya ini adalah rumah pribadi berusia 15 tahun. Makanya letaknya di area penduduk. Mini market, toko roti, pertokoan, dan pemandian umum dekat banget dari hostel.
Rumah ala Jepang itu lucu-lucu deh. Meski terkesan kecil dari depan, tapi praktis, dan indah. Saya suka bunyi pintu geser, dinding kertas, derit lantai kayu, atau wangi kayu yang menguar di udara dari rumah ala Jepang.

Seperti rumah tradisonal pada umumnya, Gomaharu Guesthouse juga punya genkan (teras untuk menyimpan sepatu) dan taman. Tapi meski bergaya tradisonal, hostel ini nggak nyediain ofuro :(, tapi adanya kamar mandi shower dan jumlahnya hanya satu karena yang satunya lagi sedang reparasi. Duh.

Staffnya super ramah! Yang saya ingat adalah Miyuki, walaupun bahasa Inggrisnya pas-pasan tapi selalu sigap membantu.
Uniknya di sebelah kanan bangunan hostel terdapat salon. Waktu saya menginap, ada tamu cowok asal Taiwan yang cukur rambut di sana.


Plus: Staff ramah, kamar cukup luas, kasur ada gordennya, ada taman, cuma satu stasiun dari Umeda, dekat dengan stasiun.
Minus: Kamar mandi cuma dua untuk seluruh tamu. Saran saya, cobain mandi di pemandian umun dekat hostel. Harganya murah dan dapat pengalaman mandi+spa yang maknyus!
Hotel Sakura
Harga waktu saya menginap: ¥1.700/malam di female dorm
Rating Agoda: 8,8
Rating Booking.com: 8,7
Lokasi: Chuo-Ward
Stasiun terdekat: Tanimachi kyu-chome
Namanya memang hotel, tapi sejatinya dia adalah hostel. Lokasinya strategis karena tinggal ngesot dikit dari Tanimachi kyu-chome dan dekat dengan mini market. Hanya saja, kamu harus siap tenaga ekstra kalau bawa koper berat karena tangga stasiunnya terjaaaal banget.
Waktu saya menginap, hostel ini pun masih terhitung baru jadi saya dapat harga spesial ¥1.700 dari Booking.com atau ¥8.400 untuk berempat. Kalau sendiri, per malamnya mulai dari ¥2.000.

Meski berada di female dorm, saya mendapat semi private room alias area kami ditutup dengan sekat (karena pesan untuk empat orang). Pemanasnya sangat poll, karenanya jangan takut kedinginan di musim dingin. Ibu saya bilang, beliau paling bisa tidur nyenyak selama trip ke Jepang ya di hostel ini. Alasannya karena pemanasnya memang bagus, bukannya semi AC seperti di hostel lain.

Uniknya, uang menginap dibayarkan dengan mencemplungkan ke mesin, bukan diberikan ke staff. Selain itu staffnya banyak yang merupakan dedek-dedek gemas mahasiswa magang asal Korea.


Plus: Murah, bersih, staff ramah, penghangat ruangan oke, lokasi strategis (kalau nggak bawa koper berat).
Minus: Nggak ada.
Takayama
J-Hoppers Hida Takayama
Harga waktu saya menginap: Total ¥13.230/malam untuk berlima (4 orang di family room dan 1 orang di male dorm).
Rating Agoda: 8,5
Rating Booking.com: 8,7
Lokasi: Central Takayama
Stasiun terdekat: JR-Takayama
Review tentang hostel ini pasti udah di mana-mana. Penginapan di Takayama umumnya bergaya ryokan (sebutan untuk penginapan tradisional), karena Takayama merupakan lokasi wisata leyeh-leyehnya orang Jepang.
Kota Takayama sendiri memang berukuran kecil dan tenang. Setelah ngobrol-ngobrol dengan warga lokal, menurutnya mayoritas penduduk Takayama berusia tua sedangkan yang muda-mudanya merantau ke kota. Ya wajar sih, habis kota ini kaya nggak ada apa-apanya gitu lho. Mungkin anak mudanya merasa bosan dan memutuskan untuk pindah ke kota besar. Tapi meskipun se-ndeso-ndesonya desa di Jepang, buat saya tetap lebih bersih dan rapi dari kota paling modern di Indonesia. T_T
Saya memutuskan mengunjungi kota ini karena besoknya ingin ke desa salju Shirakawa-go. Shirakawa-go sendiri bisa dijangkau dari Kanazawa atau Takayama. Tips untuk yang ingin ke Shirakawa-go dari Kyoto tapi nggak punya JR pass, pakai bus aja. Murah dan pemandangan sepanjang perjalanan indah banget!
Karena kota kecil, penginapan di Takayama tergolong lumayan mahal. Hasil perncarian saya, J-Hoppers Hida Takayama termasuk yang paling terjangkau dan paling bagus. Makanya setiap tanggal hampir selalu full booking. Saya sendiri booking enam bulan sebelum hari H supaya tidak kehabisan.
Di antara semua hostel yang pernah saya inapi selama di Jepang, hostel ini yang paling bikin saya betah. Meskipun bukan hostel baru, tapi nyaman, luas, dan terasa well organized. Kamarnya hangat karena dipasangkan pemanas betulan (bukan yang merangkap AC). Kemudian setiap kamar punya genkan dan lemari khas Doraemon. Di common room-nya juga ada kotatsu.


Kamu juga bisa booking half day tour ke Shirakawa-go lewat staff J-Hoppers. Harganya paling murah daripada ikut tur yang disediakan perusahaan bis lokal. Staff di sini fasih berbahasa Inggris dan Mandarin lho.


Plus: Kamarnya bergaya Jepang luas, nyaman, hangat. Lokasi sangat strategis karena dekat dengan stasiun JR-Takayama dan tinggal ngesot dari Takayama old town. Staff sangat profesional dan responsif ketika ditanya-tanyai seputar tur ke Shirakawa-go sejak saya masih di Indonesia.
Minus: Nggak ada. Malah pengen banget balik lagi 🙁
Demikianlah hostel-hostel yang pernah saya inapi selama dua kali ke Jepang. Selain ke kota-kota tersebut, saya juga mengunjungi Hiroshima dan Miyajima tapi tinggal di rumah warga lokal via Couchsurfing.
(Baca juga: Pengalaman Menyewa Kimono di Yumeyakata Kyoto Jepang)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan isi kolom komentar. Happy hunting and happy traveling! 🙂
One thought on “Rekomendasi Penginapan Murah di Jepang: Tokyo, Kyoto, Osaka, dan Takayama”